HIMPALAUNAS.COM, JAKARTA - Apakah Anda mengenal buah siwalan? Atau Anda pernah mendengar minuman Legen? Minuman legen menjadi minuman khas berbuka puasa yang paling digemari di Semarang. Minuman yang disadap dari tangkur buah siwalan ini biasanya disajikan dengan es batu sebagai pelepas dahaga berbuka puasa.
Selain menyegarkan, ternyata ditemukan beberapa fakta bahwa Legen bisa membantu kesehatan fungsi ginjal. Bahkan ada beberapa jenis Legen (tergantung dari kualitas pohon) yang bisa mengobati penyakit impotensi. Tetapi perlu hati-hati dalam memilih Legen, karena terkadang ada yang memalsukannya, dengan artian Legen sintetik. Untuk memastikan itu Legen asli biasanya berwarna seperti air kelapa namun lebih keruh, dan agak kental, serta rasanya manis tanpa ada pahit seperti kalo kita minum minuman yang ngandung sakarin.
Legen akan menjadi minuman yang menyegarkan sekaligus menyehatkan bila masih berusia 0 hingga 2 hari. Jika sudah lewat dari dua hari, maka legen akan berubah menjadi tuak muda yang akan memiliki kadar alkohol di bawah 2 persen. Semakin lama rentan waktu yang dilewati legen, maka semakin banyak pula kadar alkohol yang ada di dalamnya, yang artinya legen tersebut sudah menjadi tuak yang memabukkan.
Jenis minuman yang diambil dari tangkur buah siwalan menjadi minuman favorit di Semarang dalam bulan puasa ini. Minuman ini dicampur dengan potongan buah siwalan yang disajikan dengan es batu seperti layaknya es kelapa muda.
Legen yang rasanya manis ini cocok di konsumsi sebagai pelepas dahaga setelah menjalankan ibadah puasa. Di Semarang, legen banyak di jumpai di sepanjang jalan Wolter Monginsidi. Pada bulan puasa ini, kios-kios tendan disepanjang jalan ini ramai dikunjungi, terlebih menjelang saat berbulan puasa.
Selain rasanya nikmat, karena manisnya alami dan harganya yang jauh lebih murah dibandingkan kelapa muda. Legen di jual dalam kemasan air botol mineral berukuran satu liter dengan harga Rp2.000,-. Untuk botol satu setengah liter biasanya seharga Rp1.000,-. Sementera harga buah siwalan hanya Rp2.000,- pertangkur berisi 6 hingga 8 biji buah siwalan.
Para pedangan ini mendapatkan legen dari buah siwalan dari pohon siwalan di kebon mereka sendiri. Sebagian besar masyarakat di tempat ini memang mencari tambahan pengahasilan dari menanam pohon siwalan. Di Jakarta, buah ini dapat Anda ditemukan di pasar-pasar tradisional. (fir)
Di samping ini merupakan bentuk pohon siwalan yang banyak manfaatnya.
Daunnya digunakan sebagai bahan kerajinan dan media penulisan naskah lontar. Barang-barang kerajinan yang dibuat dari daun lontar/siwalan antara lain adalah kipas, tikar, topi, aneka keranjang, tenunan untuk pakaian dan sasando, alat musik tradisional di Timor.
Sejenis serat yang baik juga dapat dihasilkan dengan mengolah tangkai dan pelepah daun. Serat ini pada masa silam cukup banyak digunakan di Sulawesi Selatan untuk menganyam tali atau membuat songkok, semacam tutup kepala setempat.
Kayu dari batang lontar bagian luar bermutu baik, berat, keras dan berwarna kehitaman dan kuat. Kayu ini kerap digunakan orang sebagai bahan bangunan atau untuk membuat perkakas dan barang kerajinan.
Dari karangan bunganya (terutama tongkol bunga betina) disadap orang nira(legan) lontar/siwalan. Nira(legen) ini dapat dimasak menjadi gula atau difermentasi menjadi tuak, semacam minuman beralkohol buatan rakyat.
Buahnya juga dikonsumsi, terutama yang muda. Biji yang masih muda itu masih lunak, demikian pula batoknya, bening lunak dan berair . Rasanya mirip kolang-kaling, namun lebih enak. Biji yang lunak ini kerap diperdagangkan di tepi jalan sebagai “buah siwalan”. Adapula biji siwalan ini dipotong kotak-kotak kecil untuk bahan campuran minuman es dawet siwalan yang biasa didapati dijual didaerah pesisir Jawa Timur, Paciran, Tuban. Rasa minuman es dawet siwalan ini terasa lezat karena gulanya berasal dari sari nira/legen asli.
Daging buah yang tua, yang kekuningan dan berserat, dapat dimakan segar ataupun dimasak terlebih dahulu. Cairan kekuningan darinya diambil pula untuk dijadikan campuran panganan atau kue-kue; atau untuk dibuat menjadi selai.
0 komentar:
Posting Komentar